Hama
dan Penyakit
Selama proses
pertumbuhan berlangsung, baik
di dalam fase vegetative maupun
fase generatif adakalanya
terjadi serangan hama dan
penyakit pada tanaman. Tabel merupakan data serangan hama dan
penyakit serta gejala serangannya yang terjadi pada crop cauliflower.
Tabel. Data serangan hama dan penyakit pada generatif
Hama / Penyakit
|
Fase
|
Fase
|
Keterangan
|
Vegetatif
|
Generatif
|
||
Ulat Plutella xylostella L
|
95%
|
-
|
Menyerang bagian bawah daun dan memakan klorofil
|
Ulat Crocidolomia binotalis Zeller
|
20%
|
-
|
Menyerang daun hingga habis
|
Siput (Achatina fullica, Vaginula bleekeri,dan
Parmarion pupilaris Humb)
|
40%
|
-
|
Menyerang seluruh bagian tanaman hingga habis
|
Busuk lunak(Erwinia carotovora Holland)
|
-
|
20%
|
Menyerang batang dan bunga dan menghancurkan bagian
tersebut
|
Busuk hitam (Xanthomonas Campestris)
|
-
|
10%
|
Menyerang batang hingga tanaman layu
|
Tabel. menunjukkan
bahwa, rata-rata hama banyak menyerang pada
fase generative. Hal ini dikarenakan, hama lebih
gemar menyerang tanaman yang muda dan masih segar. Hama yang
paling besar tingkat serangannya adalah Ulat Plutella xylostella dengan tingkat
serangan mencapai 95%. Ulat ini menyerang daun bagian bawah dan menghisap
klorofil daun sehingga meninggalkan selaput putih pada daun yang telah
diserang. Sedangkan, untuk penyakit lebih banyak ditemukan pada fase
generative. Hal ini dikarenakan pada fase generative, banyak yang dapat menjadi
sumber kontaminan. Seperti, daun-daun tua yang tidak sempat dipangkas, serta
luka bekas pemangkasan dan potongan panen. Penyakit yang paling tinggi tingkat
serangannya ialah busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora
Holland. Penyakit busuk lunak menyebabkan bagian tanaman yang terserang menjadi
lembek, berlendir dan hancur. Penyakit busuk lunak juga memiliki bau khas yang
tidak sedap.
Serangan hama dan penyakit merupakan
hal utama yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman kauliflower.
Terlebih penanaman dilakukan di daerah dataran tinggi yang mana serangan hama
dan penyakit sangat tinggi. Jika serangan hama dan penyakit tersebut tidak
diperhatikan, maka akan mengakibatkan produktivitas tanaman khususnya benih
akan menurun bahkan tidak sama sekali.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Agar
penyebaran hama dan penyakit tidak meluas, maka perlu dilakukan pengendalian
hama dan penyakit. Dengan begitu, tingkat infeksi hama dan penyakit pada
tanaman akan berkurang. Kali ini, pengendalian hama dan penyakit dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1.
Mekanis
2.
Fisik
3.
Kimiawi
Pengendalian hama dengan cara mekanis
biasanya dilakukan pada hama-hama yang kecil seperti kupu-kupu, ngengat, serta
hama-hama yang masih dalam instar muda. Teknik ini biasa dilakukan dengan cara
memasang perekat berferomon yaitu perangkap hama Gluemon di tiap sudut screen
house. Perekat ini berwarna kuning sebab menurut penelitian, serangga lebih
tertarik terhadap warna kuning. Dengan teknik tersebut, serangga akan tertarik
ke jebakan tersebut dan akhirnya menempel pada perekat.
Pengendalian hama secara fisik biasanya
dilakukan pada hama seperti ulat. Teknik ini dilakukan dengan cara mencari ulat
beserta di setiap balik daun tiap tanaman secara manual. Setelah ulat dan telur
tersebut ditemukan, ulat beserta telur tersebut dihancurkan dengan tangan.
Pengendalian hama ulat secara manual efektif untuk menghindari serangan ulat
selama dua minggu. Untuk pengendalian penyakit dengan cara fisik dapat
dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terkena penyakit tersebut. Sebab,
penyakit seperti busuk dapat mudah menyebar ke tanaman lain.
Pengendalian hama dan penyakit secara
kimiawi biasa dilakukan dengan menyemprotkan pestisida kepada tanaman secara
berkala. Biasanya penyemprotan dilakukan 2 kali dalam satu minggu, atau bisa
juga 1 kali dalam seminggu. Jika penyemprotan dilakukan 2 kali seminggu, maka
penyemprotan antara insektisida dengan fungisida dipisah di hari yang
berlainan. Namun, apabila penyemprotan hanya dilakukan satu kali dalam
seminggu, maka pemakaian insektisida dengan fungisida digabung atau dicampur.
Bahan semprot yang biasa digunakan selama Praktik Kerja Lapang diantaranya
adalah Antracol untuk fungisida serta Tracer, Kardan,dan Proclaim untuk
insektisida.
Alat yang biasa digunakan untuk
menyemprotkan pestisida tersebut yakni knapsack sprayer dan power sprayer.
knapsack sprayer adalah alat penyemprot yang digunakan dengan cara digendong di
punggung penyemprot. Alat ini biasa digunakan untuk mengendalikan hama instar
muda dan jumlahnya sedikit, serta untuk menyeprotkan fungisida. Lain halnya
dengan menyemprotkan dengan menggunakan power sprayer. Power sprayer hanya
digunakan apabila tingkat serangan hama sudah tinggi serta hama yang ada telah
mencapai instar dewasa
Umur tanaman yang sudah diizinkan untuk
dapat disemprot yaitu tanaman yang telah berumur 14 HST. Selama dalam masa
tersebut, tanaman sebaiknya hanya disemprot dengan knapsack sprayer sebab
tanaman masih rentan terhadap guncangan. Tetapi, untuk tanaman yang telah
berumur 30 hari ke atas, sebaiknya disemprot dengan menggunakan power sprayer
dikarenakan tanaman dalam umur tersebut sudah memiliki daun yang lebat sehingga
perlu semprotan yang kuat agar bisa mencapai hama-hama yang bersembunyi.